Mengurus Paspor Zaman Now, Ribet atau Lebih Mudah?
Lemah, letih, lesu. Bahkan bojo saya jadi masuk angin setelah kami
mengurus perpanjangan paspor di Kantor Imigrasi (kanim) Jakarta Barat yang di……Kota
Tua. Kalau di Google Map sih jaraknya lebih dari 30 km dari rumah kami di
Ciledug. HAHAHAHAHA.. Gak cuma pantat yang kebas, perut juga kembung karena
sepanjang perjalanan menelan entah berapa galon angin.
Pertanyaan salah seorang teman, “Kok ngurus paspornya di Kota Tua,
enggak di daerah domisili aja?”. Eng ing eeeeng. Jawabannya adalah, karena saya
dan bojo dapatnya di sana, buibuk.. Bulan lalu saya dapat penjadwalan juga,
tapi di Kelapa Gading (Kanim Jakarta Utara). Tapi karena pagi itu saya
gatel-gatel, batal berangkat deh.
Nah urusan kanim ini emang tergantung keberuntungan Anda. Soalnya sekarang
nomer antrean tidak lagi diambil manual saat kita datang di kanim. Melainkan kita
dapat secara online dari aplikasi Antrean Paspor. Di aplikasi itu, ada sederet
daftar kanim di seluruh Indonesia. Kita bisa coba mengkliknya satu-satu
berdasarkan preferensi.
Misalnya nih, saya klik mulai dari kanim terdekat:
Jakbar (yang deket rumah ye, bukan deket Jakut wkwk), Jaksel, maupun Jakpus.
Tapi kenyataannya? Kanim-kanim itu selalu PENUH. *sigh *nowplaying The Long
and Winding Road
Saya pikir, antrean online ini nantinya memudahkan saya ketika sudah
datang di kanim sesuai jam yang ditetapkan aplikasi. Ternyata? Tidak sodara-sodaraaaaa… ketika saya datang, saya dapat
NOMER ANTREAN LAGI yakni nomer 216, sedangkan bojo dapet nomer 209. Kirain
ketika itu petugasnya udah urus nomer 170 an gitu ya.. Ternyata? Masih nomer 134. *tremor *butuh nafas buatan.
Buset emang ini pegawainya pada mau lembur, apa yak… Saya kira juga
selisih antrean bakal ditangani dengan cepat. Ternyata? Cuma ada 3 petugas yang nanganin kami. Jam 16.30, saya
mulai gelisah. Antrean masih aja mandek di urutan 180 an. Lha trus uwe kapaaaan
huhuhu… Pun si bojo, langsung bertindak karena dia sebenarnya kudu ngantor jam
5 sore *nowplaying Bojoku Galak by Via Vallen
Yang warna merah berlabel PRIORITAS itu diperuntukkan bagi manula dan difabel |
Di tengah segala ketidakpastian itu, untung saja saya mendapati banyak
hal baik di sana. Ya paling nggak saya gak merong-merong frustrasi sendiri lah.
Salah satu hal baik itu adalah pelayanan para petugasnya yang jauuuuuuuuuuuuh
lebih oke ketimbang dulu. Ganteng, cantik, murah senyum, dan informatif. Trus
saya baru tahu juga ada antrean khusus untuk para manula dan difabel. Ada juga
jalur untuk difabel daksa di sana. Wah, perkembangan nih. Dulu di Kanim
Semarang dan Jaktim belum ada begini hahaha..
Sekarang bayarnya juga sudah nontunai, alias transfer ke multipayment
dengan kode bayar khusus. Lumayan lah ya buat menekan pungli hahahahaha..
Padahal sebelum berangkat saya udah ambil duit dulu di ATM karena ngirain masih
manual bayarnya.
Jadi begitu lah, sistem perpanjang paspor ini ada plus dan minusnya. Dulu
pas di Semarang dan perpanjang lagi di Jaktim, saya masih pakai cara manual. Datang
ke kanim jam 6 pagi (YASSSSSSS kayak mau upacara Senin) buat antre di depan
pintu. Trus begitu jam 7.45 an pintu dibuka… BROOOOOL. Saya dan pengantre lain
langsung lari ambil nomer antrean loket. Hahahahaha.. Nah pas masih manual ini,
pengurusan paspor masih berlangsung sampai sore. Saya sih ketika itu masih
nyantai karena udah denger banyak cerita orang kalau emang begitu urus paspor
lewat jalur legal. Misal pake calo mah tinggal datang buat foto hahahaha..
Trus pernah lagi urus paspor secara online. Ini di eranya Menkumham Amir
kayaknya. Nah sistem kayak gini yang paling ntaaaaps. Via situs Kemenkumham, dulu kita bisa mengunggah dokumen
syarat paspor seperti KTP, KK, paspor lama, sebelum akhirnya dapat
pemberitahuan, hari apa mesti datang ke kanim (yang kita pilih sendiri) untuk
mengurusnya. Begitu datang di hari yang ditunjuk, petugas hanya mengecek ulang
dokumen asli, wawancara bentar, trus foto. Udah, deh. Ringkas juga waktunya.
Sayangnya sistem ini nggak langgeng. Alih-alih mengembangkan model
pendaftaran online, Kemenkumham malah stop memberlakukannya. Alasannya sih
waktu itu itu karena situsnya jebol wkwkwk. Gitu ya mbok diperbaiki, lho.
Harapan saya sih semoga nanti sistem yang sekarang diperbaiki lagi. Saya
kemarin mau bikinin Bimo paspor juga tapi akhirnya menundanya setelah dapat
kanim nun jauh di Kota Tua. Kalau someday kita bisa milih kanim yang deket
domisili kan enak. Memudahkan para emak, manula, dan difabel juga buat pengurusan
paspornya.
Jadi kesimpulannya,
1) Sering-sering mengecek aplikasi Antrian Paspor untuk menjajal
keberuntungan mendapatkan kanim yang dekat domisili. Sehari, coba cek tiga
kali. Subuh, sore, dan malam sebelum bobok. Jangan lupa Baim baca bismillah
dulu yaaa
2) Kalau sudah dapat kanim, siapkan mental untuk menanti. Untung saya
udah kebiasa nunggu bojo macak yang bisa hampir 1 jam sendiri. Jadi lumayan
sudah teruji lah ya wkwkwk
3) Pas di kanim, pasang telinga dan tajamkan penglihatan. Kadang ada
pengumuman mendadak dari petugas, nomer sekian sampai sekian harus pindah
gedung untuk melanjutkan antrean pengurusan
4) Semua berkas difotokopi di kertas A4. Jangan lupa beli materai 6 ribu
dulu di luar yaaa.. Karena yang dijual di kanim serbamihiiil
5) Nggak perlu siapkan cash buat bayar paspor, karena bayarnya itu ntar
via ATM. Kode pembayaran baru didapat setelah kelar wawancara dan foto.
Jadi itu saja zurhatan sayah hari ini. Zemoga sakses dan selamat bercelana
eh berkelana :*
Comments
Post a Comment