Obrolan Lelaki


Kepala saya langsung nyut-nyutan karena mendengarkan “obrolan lelaki” Afa dan Heru. Ya mungkin mereka memang sekadar ingin bicara jujur saat bertukar pengalaman hari ini. Tapi nggak tahu saya yang aneh atau mereka yang menyebalkan, tapi saya panas mendengar obrolan mereka.

Bermula dari Afa. Dia bilang, hari ini dia bertemu dengan A, reporter cewe dari Media X. Heru lalu bertanya, seperti apa ciri fisiknya. Saya jawab, A cantik. Badannya mungil. Saya pikir jawaban saya sudah cukup menjawab. Ternyata belum. Heru lalu bertanya, kurusnya kayak gimana? Betisnya gimana? Berisi nggak?


Saya pengen tutup telinga saat itu.

Dan itu dijawab Afa, “Wah walau kurus dia berisi. Ada lah, itunya. Tadi kan dia nggak pake seragam kayak biasanya. Jadi kelihatan gitu.. Tapi sayang gue nggak lihat warnanya apa. Woho..”

Terserah dianggap apa saya dengan berpikiran seperti ini. Tapi jujur saja saya nggak respek dengan para lelaki yang langsung nggak berkedip dan mulutnya terbuka begitu melihat perempuan cantik lewat di depannya. Dan saya lebih nggak respek lagi pada para lelaki yang membicarakan tubuh perempuan seperti sedang membicarakan potongan daging.

Saya nggak habis pikir. Mereka punya ibu. Punya kakak atau adik perempuan. Dan mereka juga kelak akan beristri. Tapi pernahkah mereka membayangkan, jika ibu, kakak, adik, atau istri mereka akan “diperkosa” dalam imaji laki-laki yang bukan pasangannya?

Mungkin memang selamanya tubuh perempuan menjadi objek laki-laki. Tubuh itu dikategorikan, dinilai, dipuja, digilai, dan juga bisa dicaci. Perempuan tanpa tubuh yang dinilai A oleh laki-laki adalah perempuan kelas menengah. Dan bahkan mungkin kelas bawah yang rendah.

Comments

Popular Posts