Koruptor dan Wajah Sendunya

Sjahril yang wajahnya kata teman2 bikin iba
 Menurut teman-teman saya, wajah Sjahril Djohan, terdakwa kasus mafia hukum, kelihatan kasihan dan mengundang iba. Wajah kakek 60an tahun itu sudah penuh gurat kerutan. Matanya yang besar, tampak sayu. Bibirnya pun acap membuat gerakan yang membuat orang lain tak tega ia harus duduk di kursi pesakitan.

Tapi apa yang sudah Sjahril lakukan? Dia sudah sangat berjasa memperantarai para koruptor dan kriminal dengan para aparat di Kepolisian. Sjahril tidak punya latar belakang pendidikan kejaksaan ataupun kepolisian. Tapi dia bisa menjadi staf ahli Kejaksaan, dan punya ruangan khusus di samping ruang Wakapolri Komjen Makbul Padmanegara. Padahal, dia bukan siapa-siapa.

Tapi masih saja, beberapa teman saya di PN Jaksel menaruh iba pada lelaki kurus itu. “Kasihan ya, aku nggak tega lihat mukanya,” kata sobat saya Wita.

Lalu ada Alif Kuncoro, terdakwa kasus mafia pajak juga. Dia markus. Busuk. Tapi sosok tambunnya, sikap santunnya, berhasil membuat teman saya Ais dari Bisnis Indonesia jadi nggak tega Alif dipidana. “Dia kayak sosok bapak yang baik ya. Kayak sayang sama anak-anaknya gitu..”

Nggak menurut saya. Sebaik apapun karakternya, semanis dan sesopan apapun di persidangan, saya tetap ilfil sama mereka. Saya hanya pernah terbawa emosi saat liputan dan menulis berita, ketika Jaksa Agung Hendarman Supandji diberhentikan Presiden melalui Keppres.

Mungkin dia sosok jaksa yang tidak bersih-bersih amat. Tapi saya punya keterikatan yang aneh dengannya. Kami sama-sama dari Jawa Tengah, dan kami sama-sama alumni Undip. Saya secara pribadi juga mengenalnya sebagai sosok yang santun dan ramah. (Eh, ingat, dia sejauh ini tidak berstatus koruptor lho, ya... hehehe)

Karena itulah saat dia menggelar konferensi pers di rumahnya, saya merasa sangat sedih. Bahkan itu mungkin terbaca lewat tulisan saya yang sangat subjektif. Karena itulah saya heran saat Wita masih saja mengkritik tulisan saya. “Kamu jahat banget sih sama Pak Maman.. Katanya sedih ditinggal dia. Tapi tulisan kamu tetep nyerang gitu. Dasar Tempo,” kata Wita.

Saya cuma senyum. Wita nggak tahu, gimana berkecamuknya hati saya saat menulis kepergian Pak Hendarman.. Dan biar saja orang lain nggak tahu. Justru itu yang saya mau..

Ini berita saya:

Hendarman: “Saya 2000 Persen Ikhlas...”

Jakarta - Resmi menanggalkan jabatan Jaksa Agung, tak membuat Hendarman Supandji berkecil hati. Pria 63 tahun itu mengaku ikhlas melepas jabatan yang sudah disandangnya selama 3,5 tahun itu. “Semalam saya sampaikan pada Presiden. Pak, saya ikhlas melepas jabatan. Bukan hanya ikhlas seratus persen. Tapi juga dua ribu persen,” ujarnya pada wartawan di rumah dinasnya, Jl.Denpasar 12A Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (25/9).

Menurutnya, Keputusan Presiden yang diteken semalam memang merupakan solusi paling tepat untuk menyudahi polemik keabsahan jabatannya. “Karena kalau tidak, akan ada kegaduhan politik,” kata dia yang sore ini mengenakan kemeja batik warna hitam-emas.

Ia kemudian menceritakan detik-detik diterbitkannya Keppres Presiden yang memberhentikannya sebagai Jaksa Agung. Semalam, sekitar pukul 19.30, salah seorang ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghubunginya via telepon. “Saya diminta menghadap menghadap Presiden malam itu juga di Padalarang.”

Tak menunggu lama, Hendarman lantas keluar dari rumah dinasnya. Tiba di Padalarang pukul 22.30, ia langsung diterima Presiden. Oleh SBY, ia diberi tahu bahwa akan ada pergantian Jaksa Agung. “Mungkin Pak Hendarman juga sudah mengetahui putusan MK,” kata SBY, sebagaimana ditirukan Hendarman.

Malam itu juga, SBY menanyakan pendapatnya, mengenai putusan MK. Hendarman kemudian menyarankan SBY untuk segera meneken Keppres, dengan alasan tak ingin statusnya sebagai Jaksa Agung menjadi kegaduhan politik. Ia juga menyampaikan, bahwa dikeluarkannya Keppres akan berimbas positif bagi masyarakat. “Lalu saya sampaikan, kalau Pak Presiden bisa mempercepat Keppres, saya sangat berterima kasih.”

Setelah tak lagi menjabat Jaksa Agung, Hendarman mengaku akan beristirahat dulu. Sebab, akunya, selama ini ia tidak merasa nyaman setiap beristirahat. “Saya juga akan sungkem pada ibu saya di Magelang. Dan saya juga akan ziarah,” kata dia, yang sore ini hanya sesekali tersenyum, tak seperti biasanya.

Hendarman juga mengatakan, saat ini ingin menikmati suasana batin setelah tak lagi menyandang jabatan penting di Kejaksaan. “Jadi saya tidak ingin melihat Jakarta dulu. Saya tidak ingin melihat macet,” ujar pria asal Magelang, Jawa Tengah. “Saya ingin mencari ketenangan batin.”

ISMA SAVITRI

Saat memberi keterangan pers di rumahnya

Comments

Popular Posts