Backpacking Day 3: Pantai, Hujan, dan Serba Putih di Phuket Town

Patong pagi hari. Sejuk, euy..
Hari terakhir di Patong kami awali dengan main-main di pantai. Bangun pukul 17.15, saya akhirnya membuktikan ke Wita dan Novi kalau saya bisa juga bangun pagi, hehe.. Setelah shalat, saya menyempatkan diri mematung di dekat jendela untuk mengamati hilir-mudik para bule di area backpacker tersebut.

Ternyata, Patong pukul 05.30 bagaikan kota mati. Saya hanya menemukan sedikit bule yang beredar. Mungkin sebagian besar lainnya masih terlelap setelah semalaman suntuk mabuk di Bangla Road. Selebihnya? Hanya beberapa lady boy yang menjajal peruntungan menjajakan diri di pagi hari. Hehe..

Setelah puas cuci mata dan memandangi kehidupan pagi di Patong, saya membangunkan Novi dan Wita. Kami pun segera mencuci muka dan bersiap-siap ke pantai. Antara Sub Inn Hotel dengan Pantai Patong tak terlalu jauh. Jalan kaki tak sampai lima menit lah, karena jaraknya memang hanya sekitar 150 meter.

Ah, ternyata memang nggak menyesal ke pantai pagi hari. Meski nggak ada sunrise karena cuaca sedang mendung, kami beruntung karena pantai sangat sepi. Kalau dihitung, mungkin hanya belasan orang yang pukul 06.30 ada di pantai. Mereka umumnya berolahraga ringan, atau sekadar berdiri menikmati ombak. Berasa pantai privat, lah. Hohoho..

Pantai Patong sangat bersih, beda dengan pantai-pantai di Bali yang indah tapi banyak sampah di tepiannya. Di pantai ini, saya, Novi, dan Wita, berjalan sendiri-sendiri. Me time, lah. Hehe.. Enak banget rasanya berjalan menyusuri pantai, dengan sapuan angin laut pagi hari, dan lembut pasir pantai menyusup di sela jemari kaki..

Pantai Patong. Lebih bagus Kuta, kan? Tapi yang ini bersih..
Crocs pink saya norak ya. Heee..
Pantai Patong pukul 08.00. Masih sepi..

Setelah puas berjalan dan ambil foto di pantai, kami menuju ke 7-11 terdekat untuk beli sarapan. Kopi panas dan mie seduh rasa tom yam jadi pilihan saya. Rasa mienya pas. Sedikit asam dan pedas. Tapi siapa sangka, mie inilah yang membuat pencernaan saya bermasalah. Walhasil, tak berselang lama setelah mie habis, saya langsung terpuruk di balik selimut hotel :'(

Karena ambruk, saya memilih dapat giliran terakhir untuk mandi. Lumayan lah, bisa bobok dulu selama Wita dan Novi mandi dan packing. Sekitar pukul 12.30, kami pun check out. Badan saya masih sangat lemas. Saya pun hanya bisa terduduk lunglai sejak keluar hotel, menunggu song thew (sejenis angkot bak terbuka, tapi bukan tuk-tuk), hingga menempuh perjalanan ke Phuket Town.

Kami sampai di terminal sekitar pukul 14.15. Setelah membeli tiket bus double decker dengan tujuan Bangkok seharga 463 baht, kami segera mencari makan siang. Karena masih agak trauma sama makanan Phuket, saya pun mengajak Novi dan Wita makan di McDonalds.

Ternyata menu McDonalds Thailand berbeda dengan Indonesia. Di Thai, pilihan sambalnya ada 3, yakni sambal ala Thai yang berwarna orens muda dan rasanya kecut, tomato sauce, dan American chilli. Dari tiga itu, nggak ada satu pun yang enak. Yah mungkin memang lidah saya sedang agak rewel. Padahal biasanya saya tergolong mudah adaptasi soal makanan. Entahlah ada apa hari ini.

Dengan membayar 119 baht atau sekitar Rp 36 ribu, saya mendapat lemon tea gelas jumbo, kentang goreng ukuran large, dan dua potong ayam crispy. Rasa ayamnya menurut saya agak beda. Tapi Wita bilang sih sama aja. Nggak tau lah, mungkin memang ada yang salah dengan indra perasa saya, hehe..

Kami memilih bus dengan keberangkatan pukul 17.30, dengan waktu tempuh 12 jam menuju Terminal Catuchak, Bangkok. Artinya, kami ada kesempatan sekitar 2 jam untuk mengeksplorasi ibu kota Phuket Island ini.

Rencana semula, kami akan menghabiskan waktu di McDonalds hingga pukul 17.00. Tapi karena AC di situ berlebihan dinginnya, sementara saya sedang tidak fit, saya pun mengajak Novi dan Wita keluar McD dan jalan-jalan di kota.

Sepertinya saya sedang beruntung siang ini. Baru saja tadi pagi saya cerita sama Wita kalau saya ingin merasakan hujan di negeri orang, siang ini saya diberi hadiah oleh Tuhan berupa hujan di Phuket Town. Meski badan agak meriang, saya sengaja turun ke jalan untuk mencicipi hujan. Aaaah.. Bau tanah yang terkena tetes hujan itu membuat saya sangat bahagia! :)

Karena hujan makin deras, kami pun mencari tempat berteduh. Pilihan jatuh pada emperan toko yang kebetulan sedang tutup. Di situ, saya puas-puasin mengamati jalanan Phuket Town yang sedang diguyur hujan. Kesan saya terhadap Phuket Town, arsitektur kota ini mirip jalan-jalan tikus di Solo, dan sedikit mirip Jayapura karena dikelilingi bukit hijau yang gagah menjulang.

Serba jumbo di McD Phuket Town

Hujan.. Bau tanahnya masih saya ingat :)

Setelah hujan mereda, kami lanjut berjalan. Tapi karena kebelet pipis, saya pun mengajak Wita dan Novi mampir ke pusat perbelanjaan kota. Lumayan kan, saya bisa pipis dan mereka bisa iseng-iseng lihat baju. Hehe..

Yang paling mencolok mata saya, warna pakaian di sejumlah toko hampir semuanya berwarna putih. Entah itu kaos, gaun, celana, atau pun rok. Menurut Novi, warna putih mungkin simbol masyarakat setempat yang mayoritas vegan. Nggak tahu Novi benar atau ngarang. Nanti lah saya browsing di Google :p

Tak terasa waktu sudah bergerak menuju jam keberangkatan bus. Kami pun segera berjalan menuju terminal, dan masuk ke bus yang sudah tersedia. Novi duduk bersama Wita di bangku paling depan di lantai 2. Sementara saya di lantai yang sama, bersebelahan dengan perempuan Thai.

Baiklah, ini dulu cerita untuk hari ketiga liburan saya. Karena nggak mungkin ngobrol dengan sebelah saya dengan alasan beda bahasa, sepertinya saya akan segera shalat dan tidur saja di bis. Hehe.. Bismika Allahumma ahya wa bismika amuut.. Bye Phuket! See you later!

Biaya hari ke-3 (dalam rupiah)

1. Sarapan di 7-11: Rp 10 ribu
2. Song Thew ke Phuket Town: Rp 12 ribu
3. Bus ke Bangkok: Rp 140 ribu
4. McDonalds: Rp 36 ribu
5. Minum di 7-11: Rp 10 ribu

Total pengeluaran hari ke-3: Rp 208 ribu

Comments

Popular Posts