Akhirnya.. Road Trip 6 Kota dalam 7 Hari

di depan toilet Wat Rongkhun, Chiang Rai, Thailand

Akhirnya saya lanjut ngebolang lagi, setelah terakhir kali melakukannya bersama Novi dan Wita pada Oktober 2011 lalu. Komposisi peserta traveling kali ini sedikit berubah. Wita tidak bisa ikut lantaran ada keperluan lain tahun ini. Pengganti Wita adalah Dian, sahabat saya yang blasteran Minang-Makassar.

Backpacking saya kali ini menelan biaya Rp 920 ribu untuk tiket pesawat Air Asia-nya. Murah, kan? Kami membeli tiket Februari lalu, saat ada program Air Asia Big Sale. Kami membayar Rp 920 ribu untuk empat penerbangan, yakni Jakarta-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Phnom Penh, Chiang Mai-Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur-Jakarta.

Rute perjalanan kami dalam tujuh hari, 12-18 September 2012, lumayan padat. Kami rencananya mengunjungi Phnom Penh dan Siem Reap (Kamboja), Bangkok, Chiang Mai, dan Chiang Rai (Thailand), dan Kuala Lumpur (Malaysia). 6 kota dalam 7 hari memang sinting dan mempertaruhkan kondisi fisik. Tapi ternyata gaya backpacking seperti ini seru banget. Lebih seru dibanding stay di sebuah kota, meski memang lebih capek.

Oh ya, banyak yang tanya kenapa Bangkok untuk kedua kalinya saya kunjungi. Jawabannya? Tentu karena kota ini ngangenin! Entah penduduknya, tongkrongannya, makanannya, tempat belanjanya.. *ehm

Karena banyak hal, saya baru packing dll tiga hari sebelum berangkat. Padahal tahun lalu saya melakukannya seminggu sebelum keberangkatan. Seperti biasa, saat backpacking, bekal baju seperlunya saja. Saya cuma bawa dua sweater karena di Chiang Mai dan Chiang Rai konon sangat dingin.

Membawa enam baju dan dua legging saya sesali di tengah perjalanan. Musababnya, nanti saya ceritakan di tulisan berikutnya ya. Hehe.. Intinya packing saya kali ini berantakan dan terlalu banyak barang :'(

Kami mengawali perjalanan dengan sejuta kepanikan akibat bus Damri yang dinaiki Novi pukul 07.10 WIB Selasa lalu masih ngetem di Terminal Rawamangun. Saya dan Dian yang jam segitu udah sampai di Bandara Soekarno-Hatta kontan panik. Gimana enggak panik, kalau boarding gate akan ditutup jam 08.15, sementara Novi sama sekali belum urus Imigrasi dll?

Saya menyarankan Novi untuk naik taksi saja ke bandara. Tapi dia enggak mau dan keukeuh naik Damri. Saya pun semakin kesal dan deg-degan karena membayangkan Damri bakal kena macet di jalan dan tol. Sejumlah bayangan Novi batal ikut ngebolang karena alasan konyol Damri ngetem pun udah seliweran di kepala saya.

Pukul 07.30 WIB, saya dan Dian kelar mengurus boarding pass dan antre imigrasi. Saya pun terus memantau pergerakan penduduk Pondok Kopi bernama Novianti Setuningsih dengan panik, dari dalam ruang tunggu. BlackBerry nggak lepas dari tangan saya, demi bisa dengar kabar dari makhluk keriting itu.

"Lo begitu turun dari Damri langsung lari ye, ke bagian check in Internasional. Inget, lari! Trus ketemu sama mbak Air Asia yang pakai jilbab putih, bilang nama lo Novianti. Airport tax udah kami bayarin. Habis itu lo lari aja ke Imigrasi, trus ke gate 6! Buru!" kata saya, memberi instruksi Novi lewat BB Messenger.

Pukul 08.05 WIB, saya dan Dian udah duduk manis di pesawat. Saya sebelahan sama cowok Thailand supermanis yang ramah dan bawa kamera (auk dah korelasinya apa). Dian dapet seat di bagian belakang. Satu per satu BBM Novi pun masuk ke BB saya. "Udah di Imigrasi". "Udah jalan ke pesawat". "Udah deket pesawat". Sampai akhirnya dia ngabarin "Udah di pesawat".

Fiuhhhh.. Lega banget dah. Apalagi saat lihat tampang menyebalkannya yang sok tanpa dosa itu melewati seat saya sambil cengar-cengir. Grrrrh.. Tapi untuk pertama kalinya, saya bahagia lihat penampakannya. Hahahaha.. Makasih banget ya Tuhan, udah "nendang" Novi ke kami. *peluk Tuhan*

Review soal tempat-tempat yang kami kunjungi akan saya posting di tulisan berikutnya yaaa...

Tulisan lain soal Phnom Penh:
Semalam di Phnom Penh, Kota Sejuta Bir
Membuang Dollar Lusuh di Russian Market
Menengok Kekejaman Pol Pot di Killing Field
Royal Palace, Istana Raja Kamboja yang Nyentrik

Comments

Popular Posts